LingkunganHidup Binaan e. Lingkungan Hidup Asli 146. Lingkungan hidup alamiah yang sudah didominasi oleh kehadiran manusia disebut. a. lingkungan hidup binaan b. lingkungan hidup sosial c. lingkungan hidup fisik d. lingkungan hidup budaya e. lingkungan hidup manusia 147. Salah satu ciri adanya proses pembentukan lingkungan hidup binaan Lingkungan adalah sesuatu yang sangat dekat dengan kehidupan berdasarkan interaksi alam dengan masyarakat. Istilah ini bahkan mempunyai cakupan sangat luas seiring perkembangannya. Namun secara sederhana lingkungan berhubungan erat dengan alam dan penyusunnya. Sayangnya, diantara sekian permasalahan yang dihadapi oleh manusia, kondisi lingkungan merupakan salah satu hal yang berdampak besar. Sebab kehidupan manusia sangat bergantung pada keadaan di sekitarnya. Oleh sebab itu berbagai upaya terus dilakukan untuk melestarikan lingkungan. Pengertian Lingkungan1. Lingkungan Secara Umum2. Lingkungan Menurut Para Ahlia. Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997b. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBIc. Menurut Ensiklopedia Kehutanand. Menurut S. J. McNaughton dan Larry L. Wolfe. Menurut Michael Allabyf. Menurut Otto Soemarwotog. Menurut Jonny Purbah. Menurut Ahmad 1987i. Menurut St. Munadjat Danusaputroj. Menurut Supardi 2003k. Menurut Emil Salim 1976l. Menurut Bintartom. Menurut Sri Hayatin. Menurut Amsyari 1989o. Menurut Soedjonop. Menurut Sambas Wirakusumahq. Menurut Darsono 1995r. Kamus EkologiJenis Lingkungan1. Lingkungan Berdasarkan Proses Terbentuknyaa. Lingkungan Alamib. Lingkungan Buatan2. Lingkungan Berdasarkan Unsur Pembentuknyaa. Lingkungan Biotikb. Lingkungan AbiotikFungsi & ManfaatPenyebab Kerusakan Lingkungan1. Faktor Alam2. Faktor BuatanUpaya Pelestarian Lingkungan HidupLingkungan di Indonesia Definisi lingkungan dapat dijelaskan dalam beberapa pengertian, mulai dari arti yang sederhana hingga spesifik seperti yang disampaikan oleh para ahli. Secara garis besar pengertian lingkungan dapat dibagi dua, yaitu pengertian secara umum dan pengertian menurut para ahli sebagai berikut 1. Lingkungan Secara Umum Secara umum lingkungan dapat diartikan sebagai kombinasi dari berbagai unsur fisik meliputi sumber daya alam seperti flora dan fauna, air, tanah, mineral, serta energi matahari. Lingkungan juga mencakup hal-hal yang diciptakan manusia termasuk bagaimana cara mengelola lingkungan fisik. Pengertian lain dari lingkungan secara umum adalah segala hal yang berada di sekitar manusia yang tinggal secara bersama-sama dan kemudian saling mempengaruhi satu sama lain terhadap kondisi kehidupan manusia. Lingkungan terdiri atas dua komponen yang bersifat biotik dan abiotik. Komponen biotik merupakan segala hal yang memiliki nyawa, seperti manusia, hewan, tubuhan, serta mikroorganisme berupa bakteri dan virus. Sedangkan komponen abiotik adalah segala hal yang tak bernyawa seperti air, udara, tanah, cahaya, iklim, kelembaban, dan suara. Pixabay 2. Lingkungan Menurut Para Ahli Pengertian lingkungan menurut para ahli mencakup pendapat para pakar lingkungan dan pengertian secara tertulis di dalam kamus dan perundang-undangan. Berikut ini adalah berbagai pengertian lingkungan yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu a. Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Berdasarkan Undang-Undang No. 23 tahun 1997, arti lingkungan hidup adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam suatu ruang dengan benda, keadaan, daya, dan makhluk hidup. Termasuk juga di dalamnya adalah manusia serta perilakunya yang berpengaruh terhadap kehidupan dan kesejahteraan manusia itu sendiri serta makhluk hidup lainnya. b. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, lingkungan adalah daerah, kawasan, dan sebagainya yang ada di dalamnya, Lingkungan juga dapat diartikan sebagai suatu bagian yang ada di dalam kelurahan dan menjadi lingkungan kerja dari pelaksanaan pemerintahan desa. c. Menurut Ensiklopedia Kehutanan Sebagai objek kajian dari bidang kehutanan, dalam Ensiklopedia Kehutanan juga terdapat pengertian singkat lingkungan. Di dalam Ensiklopedia tersebut disebutkan bahwa lingkungan adalah jumlah total dari seluruh faktor non-genetik yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi pohon. d. Menurut S. J. McNaughton dan Larry L. Wolf S. J. McNAughton dan Larry L. Wolf berpendapat bahwa definisi lingkungan adalah seluruh faktor eksternal baik yang bersifat biologis ataupun fisika, dimana faktor-faktor tersebut berpengaruh langsung terhadap kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, serta aktivitas reproduksi dari organisme. e. Menurut Michael Allaby Michael Allaby juga menyatakan pendapat mengenai pengertian lingkungan, penjelasan tentang lingkungan hidup adalah lingkungan fisik, biotis, dan juga kimiawi yang mengelilingi kehidupan organisme. f. Menurut Otto Soemarwoto Otto Soemarwoto memaparkan pengertian lingkungan secara lebih kompleks. Menurutnya lingkungan dalam Bahasa Inggris adalah environment. Lingkungan dapat diartikan sebagai jumlah semua benda dan keadaan dari suatu ruang yang menjadi tempat manusia tinggal dan mempengaruhi kehidupan. Jumlah pada ruang tinggal tersebut secara teoritis memang tidak terbatas, akan tetapi secara praktis jumlahnya terbatas sesuai dengan keperluan yang telah ditentukan misalnya unsur alam seperti laut, sungai, jurang, ataupun unsur dalam dunia politik dan lain sebagainya. Secara sederhana, pengertian lingkungan hidup atau lingkungan berdasarkan pendapat Otto Soemarwoto adalah segala hal yang ada pada seluruh makhluk hidup ataupun organisme yang mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan makhluh hidup tersebut. g. Menurut Jonny Purba Jonny Purba menyatakan bahwa yang dimaksud sebagai lingkungan adalah sesuatu yang berstatus sebagai lokasi terjadinya segala macam kegiatan atau aktivitas baik yang berupa interaksi sosial pada berbagai kelompok dan juga pranatanya serta seluruh aktivitas lain yang dipengaruhi oleh nilai dan simbol yang berlaku. h. Menurut Ahmad 1987 Ahmad 1987 menyatakan bahwa lingkungan merupakan suatu kesatuan dengan kehidupan manusia dan yang disebut lingkungan hidup adalah satu sistem kehidupan yang di dalamnya terdapat campur tangan dari manusia. i. Menurut St. Munadjat Danusaputro St. Munadjat Danusaputro menyebutkan bahwa lingkungan adalah segala hal berupa benda dan kondisi, serta manusia dengan perbuatan dan tingkah lakunya, yang berada di dalam ruang tempat manusia tinggal serta mempengaruhi kesejahteraan hingga kelangsungan hidup dan jasad renik yang lain. j. Menurut Supardi 2003 Supardi berpendapat arti lingkungan adalah jumlah dari seluruh benda hidup dan benda mati, termasuk segala kondisi yang terdapat di dalam lingkungan tempat tinggal manusia, yaitu tempat di mana manusia ditempatkan. Menurutnya lingkungan terbagi menjadi dua, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan non-fisik. k. Menurut Emil Salim 1976 Menurut Emil Salim 1976, lingkungan adalah segala hal yang meliputi benda, keadaan, kondisi, dan pengaruh yang ada di dalam suatu ruang yang ditempati, dimana lingkungan tersebut memiliki pengaruh besar terhadap hal-hal yang hidup termasuk manusia, hewan, dan tumbuhan. l. Menurut Bintarto Bintarto menyatakan pengertian lingkungan secara sederhana dimana lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang terdapat di sekitar kehidupan manusia baik berupa benda maupun non-benda serta dipengaruhi sekaligus mempengaruhi tindakan dan sikap yang dimiliki manusia. m. Menurut Sri Hayati Lingkungan menurut Sri Hayati adalah kesatuan antara suatu ruang dan seluruh benda serta keadaan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Pada kesatuan tersebut juga terdapat makhluk hidup dan perilakunya baik manusia ataupun makhluk hidup yang lain demi melangsungkan kehidupan dan kesejahteraan. n. Menurut Amsyari 1989 Amsyari 1989 menjabarkan pengertian lingkungan dalam tiga kelompok. Pertama adalah lingkungan fisik yang merupakan segala sesuatu yang terdapat di sekitar manusia dan wujudnya berbentuk benda mati seperti air, udara, batu, rumah, cahaya, dan sebagainya. Kedua adalah lingkungan biologis yang merupakan segala unsur yang terdapat di sekitar manusia dan menyerupai organisme hidup kecuali yang ada dalam diri manusia sendiri seperti hewan dan tumbuhan. Kemudian yang ketiga adalah lingkungan sosial yang merupakan kehidupan sekumpulan manusia yang berada di suatu lingkungan masyarakat. o. Menurut Soedjono Soedjono menyatakan bahwa lingkungan adalah bagian dari lingkungan hidup. Adapun di dalam lingkungan terdapat dua unsur, yaitu lingkungan hidup jasmani dan lingkungan hidup fisik yang meliputi seluruh faktor dan unsur fisik jasmaniah. Secara sederhana lingkungan dapat diartikan sebagai segala hal tentang kehidupan seperti manusia, hewan, dan tumbuhan. p. Menurut Sambas Wirakusumah Pengertian lingkungan menurut Sambas Wirakusumah adalah seluruh aspek yang terdapat di sekitar manusia. Aspek tersebut meliputi unsur eksternal biologis dengan organisme hidup dan ilmu tentang lingkungan menjadi tempat studi dari lingkungan organisme tersebut. q. Menurut Darsono 1995 Darsono 1995 berpendapat bahwa lingkungan adalah seluruh benda dan kondisi serta manusia dan kegiatannya yang terdapat di dalam suatu ruang di mana manusia tinggal. Semua unsur-unsur tersebut berpengaruh terhadap kesejahteraan dan kelangsungan hidup manusia serta semua yang hidup lainnya. r. Kamus Ekologi Lingkungan menurut kamus ekologi adalah bagian dari keseluruhan yang salaing berhubungan dan berkaitan antara makhluk hidup dengan makhluk non hidup, dimana keseluruhannya berada secara alami di muka bumi dan daerah lainnya. Jenis Lingkungan Berbagai macam lingkungan yang ada di sekitar kehidupan manusia dapat dibagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan sudut pandangnya. Secara umum lingkungan dibagi berdasarkan unsur pembangunnya, yaitu lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Kemudian berdasarkan proses terbentuknya, yaitu lingkungan alami dan lingkungan buatan. NYC 1. Lingkungan Berdasarkan Proses Terbentuknya Sebagaimana telah disebutkan, lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kehidupan manusia, baik berupa kondisi alam maupun apa yang ditentukan atau dibuat sendiri oleh manusia. Hal itu menunjukkan bahwa lingkungan daapt dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Berikut ini adalah lingkungan ditinjau dari proses terbentuknya, yaitu a. Lingkungan Alami Lingkungan alami adalah lingkungan yang terbentuk melalui suatu proses alam secara dinamis, artinya tidak ada kesengajaan manusia dalam pembentukan tersebut. Lingkungan ini terdiri atas sumber-sumber alami berupa ekosistem dan berbagai komponen yang ada padanya baik komponen fisik ataupun komponen biologis. Selain itu, lingkungan alami juga mempunyai tingkat heterogenitas organisme dan makhluk hidup yang sangat tinggi. Contoh lingkungan alami sangat banyak di sekitar manusia, seperti gunung, laut, hutan, bukit, lembah, pantai, danau, sungai, rawa, padang rumput, dan lain sebagainya. b. Lingkungan Buatan Sesuai dengan namanya, lingkungan buatan adalah lingkungan yang dibentuk secara sengaja artinya ada campur tangan manusia. Dalam proses pembentukan lingkungan ini, manusia memanfaatkan bantuan teknologi baik berupa teknologi sederhana ataupun teknologi modern. Meski terbentuk melalui kesengajaan oleh manusia, tetapi lingkungan buatan juga mempunyai peran yang penting. Tujuan pembuatannya pun semata-mata agar bisa ditempati dan dimanfaatkan oleh manusia. Contoh lingkungan buatan adalah perkampungan, pasar, jalan, sekolah, dan lain sebagainya. 2. Lingkungan Berdasarkan Unsur Pembentuknya Lingkungan juga dapat dilihat dari unsur-unsur pembentuknya, dalam hal ini adalah komponen hidup seperti manusia dan tumbuhan serta komponen tidak hidup seperti batu dan tanah. Jenis lingkungan menurut sudut pandang ini dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. a. Lingkungan Biotik Lingkungan biotik juga disebut sebagai lingkungan organik, yaitu komponen berupa makhluk hidup yang mendiami bumi. Komponen tersebut terdiri atas makhluk hidup berupa manusia, hewan, dan tumbuhan, serta mikroorganisme seperti bakteri dan virus. Contoh lingkungan biotik adalah manusia, hewan, dan tumbuhan yang hidup dalam satu lingkungan. Sesuai dengan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa unsur dari lingkungan hidup biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa yang terdapat di atas muka bumi atau terdapat dalam lingkungan tertentu. Unsur-unsur dalam lingkungan biotik selanjutnya dibagi kembali menjadi tiga jenis, yaitu Produsen, komponen yang berperan sebagai produsen dalam lingkungan biotik adalah tumbuhan, karena makhluk ini mampu memproduksi bahan makanan yang diperlukan oleh makhluk hidup yang lain. Konsumen, komponen yang berperan sebagai konsumen pada lingkungan biotik adalah manusia dan hewan, karena kedua jenis makhluk hidup tersebut memanfaatkan makhluk hidup lain untuk memenuhi kebutuhannya. Pengurai, komponen yang berperan menjadi pengurai dalam lingkungan biotik adalah mikroorganisme seperti bakteri, cacing tanah, dan jamur. Mikroba tersebut bertugas menghancurkan dan merombak sisa-sisa dari organisme yang sudah mati. b. Lingkungan Abiotik Lingkungan abiotik atau juga disebut lingkungan anorganik adalah kondisi yang ada di sekitar makhluk hidup dan bersifat anorganik atau benda mati seperti air, udara, tanah, mineral, dan batu. Contoh-contoh tersebut sekaligus menjadi unsur pembangun lingkungan abiotik. Selain itu unsur dari lingkungan abiotik mempunyai fungsi pendukung, artinya keberadaannya diperlukan untuk membantu terciptanya suatu lingkungan. Ada empat unsur lingkungan abiotik yang bersifat vital bagi kelangsungan makhluk hidup, yaitu matahari, air, udara, dan tanah. Matahari, unsur lingkungan abiotik yang bersifat fisik di mana cahaya matahari diperlukan dalam proses fotosintesis tumbuhan sebagai unsur biotik dan juga menjadi sumber energi bagi makhluk hidup lain seperti manusia. Air, unsur lingkungan yang paling bersifat vital bagi makhluk hidup adalah air. Karena air dibutuhkan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan untuk bertahan hidup. Tanpa air bencana kekeringan akan terjadi dan itu merugikan makhluk hidup. Meski begitu kelebihan air juga dapat mengakibatkan bencana banjir. Udara, sama halnya dengan air udara juga memiliki peran sangat vital bagi makhluk hidup. Karena semua yang bernyawa memerlukan udara untuk berpanas atau respirasi. Udara sendiri terdiri atas beragam jenis gas seperti oksigen yang dihirup oleh manusia dan hewan, serta karbondioksida yang digunakan tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Tanah, unsur abiotik berupa tanah juga sangat diperlukan bagi makhluk hidup. Tumbuhan membutuhkan tanah untuk tubuh, lalu dimanfaatkan oleh manusia dan hewan sebagai makanan. Kebanyakan mikroorgansime juga hidup di dalam tanah. Serta yang paling penting tanah menjadi tempat seluruh makhluk hidup berpijak. Selain itu unsur-unsur lingkungan abiotik atau anorganik juga bisa dilihat berdasarkan aspek ekologi manusia. Aspek ini berkaitan erat dengan hubungan timbal balik atau interaksi dan interelasi pada manusia dengan lingkungan. Unsur tersebut diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu lingkungan alam, sosial, dan budaya. Lingkungan alam, kondisi alamiah yang ada dalam suatu wilayah atau ruang tertentu dan meliputi tanah, bebatuan, iklim, dan fisiografi. Lingkungan sosial, manusia dengan karakter dan seluruh aktivitasnya baik manusia sebagai suatu individu maupun sebagai makhluk sosial. Lingkungan budaya, semua benda yang diciptakan oleh manusia seperti bangunan, sistem kepercayaan, tatanan lembaga sosial, serta karya seni. Fungsi & Manfaat Manusia sebagai makhluk yang berakal tidak hanya sebatas menggantungkan hidup pada lingkungan, tetapi juga bisa memanfaatkan lingkungan untuk mengembangkan kehidupannya. Berikut ini adalah beberapa fungsi dan manfaat lingkungan bagi manusia selain menjadi tempat tinggal, yaitu Media untuk menghasilkan kebutuhan pokok manusia khususnya yang berupa keperluan sandang, pangan, dan papan. Sumber energi yang diperlukan misalnya membuat listrik bertenaga cahaya matahari. Tempat untuk manusia dan makhluk hidup lainnya melakukan interaksi dan sosialisasi. Sumber mineral yang bisa dimanfaatkan kembali untuk membantu kelangsungan makhluk hidup, khususnya manusia. Media untuk membentuk ekosistem serta melestarikan flora, fauna, dan berbagai sumber alam lainnya yang perlu dilindungi. Penyebab Kerusakan Lingkungan Segala sesuatu yang digunakan dan dimanfaatkan pasti mempunyai risiko untuk mengalami kerusakan, tidak terkecuali lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan juga mempunyai kaitan dengan pencemaran yang terjadi. Pencemaran lingkungan terbagi menjadi dua jenis, yaitu pencemaran langsung dan pencemaran tidak langsung. Pencemaran lingkungan langsung, artinya pencemaran yang dampaknya langsung berimbas kepada kesehatan makhluk hidup seperti manusia, hewan, dan tumbuhan. Selain itu juga mempengaruhi keseimbangan ekologis berupa udara, air, dan tanah. Pencemaran lingkungan tidak langsung, artinya terjadi pada berbagai bahan kimia yang bereaksi dengan unsur-unsur abiotik seperti udara, air, dan tanah, sehingga berdampak dengan terjadinya polusi. Pixabay Selain itu pencemaran lingkungan juga dapat ditinjau berdasarkan obyek pencemaran pada lingkungan. Ada tiga jenis pencemaran menurut aspek tinjauan ini, yaitu pencemaran di sungai dan laut, pencemaran tanah, dan juga pencemaran hutan. Pencemaran sungai dan laut yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti membuang limbah rumah tangga dan industri berupa plastik ke aliran sungai dan laut, penggunan logam berat, memanfaatkan air panas, dan juga membuang limbah cair yang dihasilkan dari kapal. Padahal plastik, logam, dan sebagainya sangat susah untuk hancur baik secara fisik, kimia, maupun biologis. Pencemaran tanah akibat pemakaian pupuk dan pestisida secara berlebihan serta pembuangan limbah plastik yang tidak bisa terurai. Tanah yang tercemar akan menunjukkan gejala seperti tanah menjadi keras dan kering, karena terdapat kandungan garam yang berlebih di Pencemaran hutan dikarenakan pemanfaatan yang diterapkan terhadap kawasan ini tidak dikendalikan dengan benar. Bentuk pencemaran hutan yang paling sering terjadi adalah penebangan liar yang apabila dilakukan secara berkesinambungan akan berimbas pada kegundulan hutan. Padahal hutan mempunyai peran vital sebagai paru-paru dunia dan sebenarnya bisa diperbaharui. Secara umum ada dua faktor penyebab terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Kedua faktor tersebut adalah faktor alam yang terjadi secara alami dan faktor buatan yang terjadi akibat adanya campur tangan manusia. 1. Faktor Alam Sesuai dengan namanya, faktor alam artinya terjadi melalui proses alam dan tidak bisa dicegah, tetapi bisa dihindari untuk meredam atau mengurangi kerusakan yang ditimbulkannya. Faktor yang alam yang mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup adalah bencana alam dan kondisi cuaca yang buruk. Faktor alam ini bisa terjadi secara tiba-tiba dan juga berbahaya untuk makluk hidup termasuk manusia. Beberapa contoh dari bencana alam yang merusak lingkungan adalah tsunami, banjir, tanah longsor, gempa bumi, letusan gunung berapi, badai, dan tornado. 2. Faktor Buatan Manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan akal dan bersifat cerdas. Dengan begitu manusia menjadi satu-satunya makhluk yang mempunyai kemampuan tinggi di muka bumi. Oleh sebab itu kehidupan manusia akan mengalami perkembangan misalnya dari gaya hidup sederhana perlahan-lahan berubah menjadi gaya hidup modern. Perkembangan tersebut juga berimbas pada peningkatan kebutuhan manusia yang tidak jarang berujung pada eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan. Apabila hal ini terus berlanjut pada akhirnya akan memicu timbulnya bencana alam seperti pembuangan limbah di sungai menyebabkan banjir dan penebangan liar di hutan mengakibatkan tanah longsor. Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup Pada kenyataannya manusia sadar bahwa lingkungan hidup yang baik sangat diperlukan untuk tetap menjaga kelangsungan hidup dari manusia. Oleh sebab itu berbagai upaya pelestarian lingkungan terus digalakkan untuk memperbaiki lingkungan yang terlanjur rusak dan mencegah timbulnya kerusakan kembali. Pixabay Berikut adalah cara melestarikan lingkungan, antara lain Melakukan reboisasi atau penghijauan kembali pada lahan yang gundul, tandus, dan kritis. Menerapkan sistem tebang tanam atau tebang pilih untuk menjaga kelestarian areal hutan dan kawasan perairan di pesisir pantai, sehingga fauna hidup di dalamnya bisa tetap terjaga. Menjaga kondisi wilayah tangkapan hujan seperti pegunungan agar selalu dalam kondisi hijau, karena wilayah tersebut berperan penting terhadap perairan di darat. Mengelola tanah sesuai dengan kemampuan dan kondisinya, serta membuat sistem drainase atau irigasi agar aliran air tidak tersumbat dan tergenang. Mengolah limbah yang berdampak buruk bagi lingkungan hidup sebelum kemudian dibuang, sehingga tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan. Menciptakan dan membiasakan diri untuk menggunakan barang-barang yang dihasilkan dari industri ramah lingkungan. Menindak tegas seperti memberi sanksi kepada pelaku yang melakukan pencemaran terhadap lingkungan. Memakai teknologi yang bersifat ramah lingkungan dalam pemanfaatan sumber daya alam baik yang berupa sumber daya bisa diperbaharui ataupun sumber daya tidak bisa diperbaharui. Mengawasi dan melakukan evaluasi terkait perilaku pemegang Hak Pengusahaan Hutan atau HPH untuk mencegah terjadinya eksploitasi hutan secara berlebihan. Menumbuhkan kesadaran pada masyarakat mengenai pentingnya untuk melestarikan udara, air, tanah, dan berbagai unsur lain yang berhubungan dengan lingkungan. Selain itu ada beberapa langkah-langkah sederhana yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada lingkungan. Kegiatan ini mungkin sekilas tidak berkaitan dengan lingkungan, tetapi tanpa disadari dampak yang ditimbulkan sebenarnya berujung pada keadaan lingkungan hidup, yaitu Membiasakan diri untuk membuang sampah pada tempatnya. Meminimalisir penggunaan produk berbahan kertas, plastik, dan kaleng. Memanfaatkan produk yang dihasilkan dari proses daur ulang. Mengemat pemakaian air, listrik, serta Bahan Bakar Minyak BBM. Menanam tanaman di lingkungan rumah yang ditempati tinggal dan merawatnya. Lingkungan di Indonesia Konsep lingkungan di Indonesia diatur di dalam Undang Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Di dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud sebagai lingkungan adalah suatu kesatuan antara ruang, daya, keadaan, serta makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya. Semua kesatuan tersebut kemudian mempunyai peran dalam mempengaruhi kesejahteraan manusia serta makhluk hidup yang lain dan juga berpengaruh pada kelangsungan mata pencahariannya. Penggambaran lingkungan secara sederhana adalah semua yang ada di sekitar manusia yang mempunyai interaksi dan hubungan timbal balik. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki komponen penyusun lingkungan paling lengkap. Mulai dari kekayaan flora dan fauna yang berlimpah, persediaan air yang mencukupi, sampai keberadaan bentangan alam yang memukau seperti hutan, laut, danau, sungai, dan rawa-rawa. Hanya saja kondisi itu membuat risiko kerusakan lingkungan akibat perbuatan manusia juga cukup besar di Indonesia. Pembukaan lahan hutan menjadi pemukiman penduduk atau pusat industri cukup marak terjadi di Indonesia, belum lagi kebiasaan masyarakat membuang limbah sembarangan. Semua itu mengakibatkan kerusakan lingkungan. Beberapa masalah lingkungan yang dihadapi Indonesia khususnya di area perkotaan adalah polusi baik di udara, air, dan tanah, menipisnya sumber daya alam akibat penggunaan secara berlebihan, keanekaragaman hayati berada pada fase kritis dan terancam punah, penggundulan hutan, dan pembuangan limbah secara sembarangan.
\n\n salah satu ciri adanya proses pembentukan lingkungan hidup binaan adalah
Lingkunganhidup alamiah adalah suatu sistem yang amat dinamis yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup, dan komponen- komponen abiotik lainnya tanpa adanya campur tangan manusia. Interaksi yang terjadi di dalam lingkungan alamiah dan sekitarnya membentuk suatu sistem ekologi (ekosistem). Lingkungan hidup binaan adalah lingkungan hidup yang dibentuk, dimodifikasi, dikelola dan ditentukan kondisinya oleh manusia guna memenuhi kebutuhan hidup alami adalah lingkungan hidup yang telah ada di alam tanpa memperoleh gangguan atau dimodifikasi oleh manusia. Lingkungan hidup alami terdiri atas komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik adalah segala makhluk hidup, mulai mikroorganisme sampai dengan tumbuhan dan hewan. Lingkungan abiotik adalah segala kondisi yang terdapat di sekitar makhluk hidup yang bukan organisme hidup, seperti batuan, tanah, mineral, udara, angin, curah hujan, cahaya matahari dan lain–lain. Lingkungan biotik sering pula dinamakan lingkungan organik, sedangkan lingkungan abiotik dinamakan juga lingkungan anorganik. LINGKUNGAN HIDUP BINAAN Ciri lingkungan hidup binaan 1. Seperti telah kita ketahui guna memenuhi kebutuhan hidupnya manusia merubah lingkungan hidup alami menjadi lingkungan hidup binaan 2. Ciri ekosistem tidak mantap, karena selalu memerlukan subsidi energi dari luar. 3. Ditinjau dari segi rantai nakanan dan piramida ekologi, maka ekosistem binaan merupakan ekosistem yang yang timpang Manusia menyadari bahwa lingkungan mempunyai interaksi antar komponen dan juga keterbatasan kemampuan daya lenting lingkungan. Usaha manusia untuk memperpanjang usia lingkungan hidup dikenal dengan penciptaan lingkungan hidup binaan yaitu berusaha membentuk, memodifikasi, atau mengelola lingkungan hidup. Tujuan agar lingkungan hidup dapat normal kembali seperti semula yaitu memiliki keseimbangan ekologi. Prinsip penciptaan lingkungan hidup binaan misalnya melakukan reboisasi hutan,pengelolaan air limbah agar bersih kembali dan aman jika dibuang ke sungai. Contoh yang sederhana dalam penciptaan lingkungan binaan misalnya penanaman pohon di lingkungan komplek perumahan agar udaranya leebih segar, terlihat asri dan nyaman Seharusnya manusia terus-menerus melakukan upaya lingkungan binaan. Namun kebanyakan, manusia tidak melakukannya sehingga banyak kerusakan lingkungan di mana-mana. Hutan lebat dibabat seenaknya tanpa memikirkan penanaman kembali. Air bersih dipakai untuk industri tekstil, setelah tercemar air tersebut dibuang ke sungai sehingga mencemari lingkungan. Kegiatan manusia yang tidak menciptakan lingkungan binaan mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan alam. Bagaimana agar tidak rusak, manusia perlu merencanakannya dengan baik setiap akan membangun bangunan atau membuka hutanagar tidak mengganggu kelestarian lingkungan alami. Jika lingkungan binaan manusia tidak mampu mengembalikan keadaan lingkungan alami, lambat laun akan mempengaruhi keadaan sosial lingkungan sosial budaya manusia.

Kondisimanusia, baik secara individu. Salah satu ciri adanya proses pembentukan lingkungan hidup binaan adalah.a a. Manusia adalah makhluk sosial yang satu sama lain saling membutuhkan. Download Gambar. Source: brainly.co.id. Kondisi manusia, baik secara individu.

Berikut adalah pembahasan tentang Lingkungan Hidup Buatan, Lingkungan Hidup binaan, contoh Lingkungan Hidup Buatan, contoh Lingkungan Hidup Binaan, pengertian Lingkungan Hidup Buatan, pengertian Lingkungan Hidup binaan, lingkungan buatan, contoh lingkungan buatan,Lingkungan Hidup Buatan atau BinaanPengertian Lingkungan hidup BinaanLingkungan hidup binaan adalah lingkungan hidup alamiah yang sudah didominasi oleh kehadiran manusia. Lingkungan hidup binaan ini dapat terbentuk karena kebutuhan hidup manusia dengan jumlah penduduk yang makin meningkat memaksa manusia mengubah lingkungan hidup Pembentukan Lingkungan HidupDalam proses membentuk lingkungan hidup binaan ini, manusia menghasilkan limbah. Oleh karena itu, lingkungan hidup binaan selalu ditandai oleh timbulnya limbah yang membawa dampak bagi kehidupan manusia, baik dampak fisik, hayati, sosial maupun dampak yang terasa langsung oleh manusia itu Lingkuangan Hidup BinaanPergantian alamiah dalam lingkunan hidup alamiah dapat terjadi berkali-kali, namun akhirnya selalu membentuk komunitas yang stabil. Sebaliknya, pergantian dalam hutan primer yang terjadi akibat kegiatan manusia, seperti penebangan hutan, perladangan berpindah, pertambangan, pembukaan hutan untuk pertanian, dan perkebunan menyebabkan lingkungan hidup alamiah menjadi lingkungan hidup binaan.
Salahsatu ciri adanya proses pembentukan lingkungan hidup binaan adalah - 10673526 widya683 widya683 16.05.2017 Geografi Sekolah Menengah Atas terjawab Salah satu ciri adanya proses pembentukan lingkungan hidup binaan adalah 2 Lihat jawaban Iklan
Mata Pelajaran GEOGRAFI Sat. Pendidikan SMA Kelas / Program XI IPS SEBELAS IPS PETUNJUK UMUM one. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja 3. Kerjakanlah soal anda pada lembar jawaban 4. Gunakan waktu dengan efektif dan efisien five. Periksalah pekerjaan anda sebelum diserahkan kepada Pengawas Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar ane. Sebuah interaksi yang terjadi di lingkungan alamiah dan sekitarnya membentuk….east a. ekologi b. ekosistem c. biosfer d. siklus ekosistem eastward. rantai makanan ii. Suatu sistem yang sangat dinamis yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup, dan komponen-komponen abiotik lainnya tanpa adanya dominasi campur tangan manusia disebut….b a. lingkungan hidup b. lingkungan hidup alamiah c. lingkungan hidup buatan d. lingkungan hidup binaan e. lingkungan 3. Perhatikan gambar berikit ! Tanda X menunjukan konsep………a a. manusia d. makhluk hidup b. sosial e. faktor abiotik c. faktor fisik 4. Perhatikan gambar peta di bawah ini ! Dari gambar dia atas propinsi yang rawan kebakaran ditunjukan oleh nomor …..b 5. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui adalah….c a. energi matahari b. tenaga air c. minyak bumi d. hutan e. tenaga angin 6. Lingkungan hidup alamiah yang sudah didominasi oleh kehadiran manusia disebut….a a. lingkungan hidup binaan b. lingkungan hidup sosial c. lingkungan hidup fisik d. lingkungan hidup budaya e. lingkungan hidup manusia 7. Salah satu ciri adanya proses pembentukan lingkungan hidup binaan adalah….a a. pemukiman b. industri c. limbah d. pabrik e. produksi 8. Kondisi manusia, baik secara individu maupun kelompok yang berpengaruh terhadap perubahan dan perkembangan manusia disebut….c a. kualitas lingkungan hidup manusia b. kualitas lingkungan hidup c. kualitas lingkungan hidup sosial d. kualitas lingkungan hidup alamiah e. kualitas lingkungan hidup budaya 9. Perhatikanlah gambar di bawah ini ! Gambar di atas menunjukan ….c a. proses pembentukan awan cepat b. atmosfer menjadi kotor c. percepatan pemanasan global d. lingkungan jadi berkabut east. bumi semakin sesak 10. Berikut ini yang termasuk komponen abiotik adalah….c a. hewan b. tumbuhan c. tanah d. manusia e. organisme 11. Berikut ini yang termasuk pengendalian erosi secara mekanik adalah…..d a. penanaman tanaman penutup lahan b. penanaman tanaman menurut garis kontur c. penanaman tanaman dalam larikan d. pembuatan sengkedan teras-teras e. penanaman tanaman secara bergilir 12. Upaya pelestarian lingkungan dengan memperhatikan manfaat yang dapat diperoleh pada saat ini dan tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan disebut….eastward a. rehabilitasi b. reklamasi c. reboisasi d. degradasi e. konservasi thirteen. Unsur biotik yang membantu mempercepat pembentukan tanah adalah….c a. tumbuhan hijau b. binatang ternak c. sisa tumbuhan d. hewan yang mati e. jasad renik 14. Suatu lahan pertanian yang terdiri tanah berstruktur lempung, berarti lahan tersebut baik dalam hal….b a. kesuburannya b. sirkulasi udara c. kandungan mineralnya d. daya serap airnya e. daya tampung airnya xv. Sebidang tanah dapat dianggap lahan potensial apabila…. a. ditumbuhi pohon-pohon b. tidak terkena erosi c. banyak hasilnya d. dekat lokasinya seimbang dengan kemampuannya 16. Perhatikan gambar di bawah ini ! . Gambar di atas menujukan kerusakan lingkungan akibat …… manusia b. bagunan tua c. peristiwa alam d. perang e. bangunan tidak standar 17. Perhatikan gambar di bawah ini ! Ganabar di atas salah satu kerusakan…. a. lingkungan primer b. lingkungan binaan c. lingkungan hutan d. lingkungan petani e. lingkungan percontohan eighteen. Usaha pemulihan lahan kritis melalui metode vegetatif adalah sebagai berikut ini, kecuali…. a. reboisasi b. tebang pilih c. contour planting d. crop rotation e. pagar hidup 19. Timbulnya tanah kritis di kawasan yang miskin akan vegetatif disebabkan oleh…. a. pelapukan dan pengendapan b. pelapukan dan erosi permukaan c. pelapukan dan pelarutan d. pelarutan dan pengendapan east. pencucian dan pengendapan 20. Metode mekanik menggunakan teknologi dalam pemulihan tanah kritis …..b a. sistem tanggul b. ingather rotation c. tebang pilih d. pengolahan tanah e. pemupukan tanah 21. Yang termasuk lingkungan abiotik adalah….a a. udara, tanah, air b. udara, tanah, tanaman c. tanah, air, dan hewan d. tanaman, hewan, air eastward. tanah, batu-batuan, ikan 22. Sebagian besar hutan di Republic of indonesia termasuk hutan tropis, yang memiliki sifat….e a. pohonnya sama tinggi b. daunnya kecil-kecil c. sinar matahari dapat masuk ke daerah hutan d. tidak terdapat pohon panjat e. hutannya lebat dan selalu berdaun hijau 23. Yang bukan termasuk identifikasi konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya adalah kegiatan…. a. pemanfaatan secara lestari b. pengawetan keanekaragaman tanaman dan ekosistemnya c. pengawetan keanekaragaman hewan dan ekosistemnya d. perlindungan sistem penyangga kehidupan e. optimalisasi pencarian lokasi industri melalui kegiatan Amdal 24. Gejala alam di permukaan bumi yang terbentuk karena pengaruh iklim terhadap hutan di Indonesia, adalah…. a. jenis tumbuhannya heterogen b. sangat lebat sehingga susah ditembus sinar matahari c. mengandung jenis kayu yang berkualitas tinggi d. merata di seluruh kepulauan Indonesia e. jenis tumbuhannya homogen 25. Segala sesuatu disekeliling organisme yang berpengaruh pada kehidupan organisme bersangkutan. Pernyataan di atas adalah pengertian lingkungan menurut…… a. d. Otto Soemarwoto b. kuncoro e. UU/ c. Hartanto 26. Komponen ekosistem terdiri komponen biotik dan abiotik. Di bawah ini yang termasuk komponen biotik adalah…. a. tanah d. udara b. iklim e. tofografi c. hutan mangrouf 27. Ekosistem sangat dipengaruhi oleh faktor fisik, salah satunya adalah…. a. samudra d. padang pasir b. savanna east. iklim c. hutan musim 28. Perhatikanlah gambar di bawah ini ! . Dari gambar di atas menunjukan ….. a. elang raja jalanan b. ular sang pemangsa c. ekosistem yang dinamis d. produsen dan konsumen east. produsen dominan 29. Suatu lingkungan yang belum ada campur tangan manusia di dalamnya disebut lingkungan hidup…. a. lingkungan hidup bebas b. lingkungan hidup buas c. lingkungan hidup alamiah d. lingkungan hidup asri e. lingkungan hidup asli 30. Suatu lingkungan yang sudah ada campur tangan manusia di dalamnya disebut…. a. lingkungan hidup cagar budaya b. lingkungan hidup sosial budaya c. lingkungan hidup wisata d. lingkungan hidup manusia e. lingkungan hidup binaan 31. Salah satu contoh lingkungan hidup alamiah adalah…….. a. padang savanna d. hutan bakau b. padang pasir due east. hutan primer c. padang ilalang 32. Suksesi alamiah dalam lingkungan hidup dapat terjadi berkali-kali, namun akibatnya selalu membentuk komunitas yang stabil. Yang dimaksud dengan suksesi adalah…. a. seleksi alam d. sensasi alam b. pegantian e. perpaduan alam c. perbaikan alam 33. Derajat kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia di tempat dan waktu tertentu disebut…. a. kualitas kehidupan manusia b. kualitas lingkungan alam semesta c. kualitas lingkungan kita d. kualitas lingkungan binaan east. kualitas lingkungan hidup 34. Contoh kualitas liangkungan alam fisik adalah………. a. kondisi lingkungan hidup percontohan b. kondisi lingkungan hidup binaan c. kondisi lingkungan sosial budaya d. kondisi lingkungan alam semesta e. kondisi lingkungan alamiah,biotik dan abiotik 35. Salah satu upaya pelestarian lingkungan tetapi memperhatikan manfaat yang dapat diperoleh pada saat itu dengan mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk pemanfaatan masa depan yaitu…. a. cagar alam d. taman nasional b. suaka alam e. taman wisata c. konservasi lingkungan 36. Ekosistem hutan bakau dapat berkembang di…. a. daerah hutan basah b. daerah lahan gambut c. daerah hutan tropis d. daerah pantai due east. daerah hutan musim 37. Vegetasi hutan rawa dan hutan rawa air tawar terdapat di daerah….. a. Pulau Jawa d. Pulau Irian b. Pulau Kalimantan eastward. Pulau Sulawesi c. Pulau Bangka 38. Hutan kerangas adalah hutan yang memiliki jenis tanah….. a. subur d. tanah aluvial b. pasir podsol e. pasir kerikil c. regosol 39. Hutan kerangas terdapat di daerah…. a. Manado d. Makasar b. Minahasa east. Manokwari c. Mandor Kalimantan Barat 40. Hutan musim di Indonesia terdapat dibeberapa pulau diantaranya terdapat di….. a. Bali d. Jawa tengah b. Jawa Timur e. Kalimantan c. Ujung kulon, Banten 41. Salah satu contoh tindakan pelestarian lingkungan yang dapat dilakukan di lingkungan sekolah adalah…… a. melakukan penelitian b. membuat taman sekolah c. membuang sampah pada tepatnya d. melaksanakan piket kelas due east. ikut aktif kajian lingkungan 42. Banjir di DKI Jakarta adalah salah satu contoh dari rusaknya daya dukung lingkungan, dalam hal…. a. kurangnya sungai b. kurangnya saluran air limbah rumah tangga c. kurang maksimalnya tata ruang kota d. kurangnya daerah serapan air due east. kurang disiplinnya warga dalam menjaga kebersihan 43. Salah satu tindakan rehabilitasi hutan alam dan tanah kritis adalah… a. tebang pilih b. pemupukan masal c. menambah hutan suaka d. reboisasi dan konsevasi tanah e. menjaga keamanan hutan 44. Kumpulan tubuhan,hewan, atau manusia yang menempati satu daerah tertentu disebut…. a. ekosistem d. cagar alam b. habitat e. national park c. komunitas 45. Kualitas lingkungan hidup yang berhubungan dengan masalah ekonomi yang membuat seseorang merasa kerasan adalah…. a. keterkaitan dengan tingkat rezeki dan kesejahteraan yang diperolehnya b hubungan yang harmonis dengan masyarakat yang tinggal di tempat kerjanya c. udara yang sejuk dan nyaman sehingga ia merasa betah d. hamparan lahan yang luas sebagai tempat usaha yang stabil e. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ekonomi meningkat 46. Durian yang sering kita nikmati merupakan hasil kegiatan sektor…. a. perkebunan d. kehutanan b. pertanian e. peternakan c. perikanan 47. Untuk menghindari berkurangnya jenis mineral yang sama dalam lapisan tanah harus diusahakan…. a. sengkedan dan terasering b. pertanian irigasi teknis c. pergantian jenis tanaman d. pengolahan tanah yang baik e. pemupukan yang cukup 48. Dari gambar peta diatas kita ketahui ada dua taman nasional, yaitu…… a. gunung dan tanjung puting b. Kutai dan Dumoga Bone c. Cendrawasi dan manusela d. Lore lindu dan Rawa Aopa e. Cendrawasih dan Wasur rawa 49. Perhatikan gambar peta dibawah ini ! Taman nasional pulau Komodo tedapat pada nomor….. a. 1 b. 2 c. 3 d. 4 e. 5 fifty. Terjadinya erosi adalah salah satu kerusakan alam yang diakibatkan oleh…… a. gempa bumi d. ulah manusia b. hujan e. pembalakan c. ladang berpindah 51. Salah satu contoh kerusakan lingkungan oleh proses alam adalah …… a. longsor d. banjir b. gempa bumi east. kelaparan d. kemarau panjang 52. Salah satu kerusakan lingkungan yang dasyat, adalah ketika gunung Kerakatau meletus! Kejadian tersebut terjadi pada tahun…… a. 1888 d. 1889 b. 1818 e. 1890 c. 1883 53. Salah satu contoh limbah rumah tangga yang mencemari tanah adalah…… a. sisa makanan b. air kotor b. plastik east. sisa sayuran d. air buangan dapur 54. Kualitas air dapat dilihat wujud fisik, diantaranya, kecuali….. a. warna/bau d. temperatur b. kejernihan e. ada rasa c. ada tidaknya zat padat 55. Secara kimia kualitas air dapat dilihat dari komposisi………. a. kadar garam d. kadar nitrogen b. kadar kalsium eastward. kadar oksigen c. kadar natrium 56. Perhatikan ganbar di bawah ini ! Gambar di atas mecerminkan prilaku … lingkungan b. mengambil sampah c. ringan tangan d. buang sampah sembarangan perduli lingkungan 57. Perhatikan gambar di bawah ini ! Alat ini digunakan untuk …….. a. mengukur tekanan air b. mengukur tekanan air c. mengukur gelombang air d. mengukur kandungan zat terlarut dalam air due east. mengukur kadar keasaman air 58. PPM adalah kepajangan dari …. a. pengukur pada massa b. mail service positf moment c. part per million d. function per time eastward. petikel per mg 59. Penyebab terjadinya Greenish house effecs adalah karena komposisi gas tertentu di atmosfer sangat tinggi ! gas tersebut adalah ……… a. H2O d. O2 b. CO2 e. Hg c. N2 threescore. Hujan asam di sebabkan oleh kandungan asam yang ada di udara sangat besar sehingga pada saat hujan, terbawa oleh hujan ! biasanya hujan asam terjadi di…… a. daerah hutan asam b. pemukiman padat c. daerah pesisir pantai d. daerah kawasan industri due east. daerah kali urang
ProsesPembentukan Lingkungan Hidup Dalam proses membentuk lingkungan hidup binaan ini, manusia menghasilkan limbah. Oleh karena itu, lingkungan hidup binaan selalu ditandai oleh timbulnya limbah yang membawa dampak bagi kehidupan manusia, baik dampak fisik, hayati, sosial maupun dampak yang terasa langsung oleh manusia itu sendiri.
Lingkungan-binaan “built-environment” adalah sebutan/istilah untuk kondisi suatu area atau daerah yang telah ada sekelompok manusia yang tinggal dengan membangun tempat tinggal berupa sosok bangunan/gedung dan infrastruktur pelengkapnya, sekalipun sederhana. Sementara pemahaman mengenai desain “design”, terkait erat dengan faktor perencanaan “planning” sebagai tahap yang mendahuluinya dalam satu kesatuan proses pengembangan “development”. Oleh karena itu, pengertian desain lingkungan-binaan meliputi berbagai sektor pembangunan yang didominasi pada perkara rancang-bangun pada aspek fisik-spasial, walaupun eksistensi ragam artefak fisik itu tetap akan dipengaruhi oleh adanya kebijaksanaan, kesepakatan publik “consensus”, perilaku dan kebiasaan hidup manusianya. Secara umum lingkungan binaan tersebut mewujud fisik berupa sebidang tapak rumah, atau sekumpulan tapak rumah, area pedesaan, dan area perkotaan; yang secara spasial/keruangan dapat berupa ruang-terbuka “open-space” dan ruang tertutup bangunan/gedung “built-up area / building coverage”. Ruang Terbuka secara desainatif “designative” merupakan rekayasa perpaduan antara faktor natural dan faktor buatan-manusia, dapat berupa ruang jalan dengan ragam bentuk persimpangannya, sungai, kolam, telaga, pertamanan, halaman-rumah/gedung, lapangan, alun-alun, dsb. Sementara Ruang Tertutup merupakan sosok rekayasa teknologis, dapat berupa sosok Rumah-rumah dengan keragaman tipe masing-masing, dan Gedung-gedung dengan keragaman tampilan dan fungsi masing-masing. Selain perkara sejumlah landasan legalitas, proses desain lingkungan-binaan saat in, secara “universal” ada yang harus dipertimbangkan secara serius sebagai aspek sekaligus fakta utama dalam era abad XXI ini, “mumpung” masih berada di awal abad ini, yaitu perkara keberlangsungan ekosistem atau “sustainability” . Terkait dengan prinsip “keberlanjutan ekosistem” ini, tokoh “sustainism” Schwarz menyampaikan begini “…Designers and architects have been among the first to see the fundamental shifts we associate with sustainism — for example, how perceptions of place have changed. The internet in particular has given a new meaning to the local almost every place in the world is globally connected, 24/7. We live in local worlds, but we are also global citizens….” Tentu bila disimak, ketetapan substansial yang tersurat maupun tersirat pada serangkaian peraturan-perundangan di negeri ini sudah secara sengaja memasukkan perkara keberlanjutan ekosistem itu, akan tetapi seringkali pada aplikasi di lapangan tidak diterapkan atau pengawasan kurang ditegakkan. Apabila seluruh warga negara negeri ini patuh terhadap ketentuan tersebut, sebagai bagian kecil dari warga dunia tentu dapat secara pro-aktif menjaga kelestarian alam semesta. Jadi benar sungguh, apa yang disampaikan Schwarz menjadi teguran keras bagi para desainer, arsitek dan perencana-perkotaan, agar mengecek kembali dokumen perencanaan maupun desainnya dapat menjamin keberlangsungan - uploaded by Fxbudi PangarsoAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Fxbudi PangarsoContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1/16 Desain Lingkungan-binaan “built-environment” di Indonesia dalam menghadapi fenomena perkembangan teknologi di awal abad XXI Ir. Pangarso, MSP., IAP. Lektor Kepala Associate Professor pada bidang Arsitektur Kota Ahli Utama Perencana Kota Sertifikat Keahlian no. 2014-2017 Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan Anastasia Anindyasarathi sP, ST. “Project Architect” pada Konsultan Larascipta. INTRODUKSI Lingkungan-binaan “built-environment”1 adalah sebutan/istilah untuk kondisi suatu area atau daerah yang telah ada sekelompok manusia yang tinggal dengan membangun tempat tinggal berupa sosok bangunan/gedung dan infrastruktur pelengkapnya, sekalipun sederhana. Sementara pemahaman mengenai desain “design”, terkait erat dengan faktor perencanaan “planning” sebagai tahap yang mendahuluinya dalam satu kesatuan proses pengembangan “development”. Oleh karena itu, pengertian desain lingkungan-binaan meliputi berbagai sektor pembangunan yang didominasi pada perkara rancang-bangun pada aspek fisik-spasial, walaupun eksistensi ragam artefak fisik itu tetap akan dipengaruhi oleh adanya kebijaksanaan, kesepakatan publik “consensus”, perilaku dan kebiasaan hidup manusianya. Secara umum lingkungan binaan tersebut mewujud fisik berupa sebidang tapak rumah, atau sekumpulan tapak rumah, area pedesaan, dan area perkotaan; yang secara spasial/keruangan dapat berupa ruang-terbuka “open-space” dan ruang tertutup bangunan/gedung “built-up area / building coverage”. Ruang Terbuka secara desainatif “designative”2 merupakan rekayasa perpaduan antara faktor natural dan faktor buatan-manusia, dapat berupa ruang jalan dengan ragam bentuk persimpangannya, sungai, kolam, telaga, pertamanan, halaman-rumah/gedung, lapangan, alun-alun, dsb. Sementara Ruang Tertutup merupakan sosok rekayasa teknologis, dapat berupa sosok Rumah-rumah dengan keragaman tipe masing-masing, dan Gedung-gedung dengan keragaman tampilan dan fungsi masing-masing. Apabila ditengok ke belakang pada jaman pra kemerdekaan, di kepulauan Nusantara ini telah ada fakta desain lingkungan-binaan, yang mulai ditata sekitar tahun 1293 Masehi, yaitu saat Baginda “Sri Kertaradjasa Djajawardhana” Raden Widjaja pendiri Kerajaan Majapahit membuka hutan Terik, tepatnya di area situs kota Trowulan saat Desain lingkungan tersebut tampil dalam sejumlah obyek, yaitu Kanal, Waduk, Kolam, Sumur, Candi, dan Gapura. 1 all the structures people have built when considered as separate from the natural environment. term built environment is used when referring to those surroundings created for humans, by humans, and to be used for human activity. Examples would include cities, buildings, urban spaces, walkways, roads, parks, etc. The study of the built environment is interdisciplinary in nature and can include such disciplines as visual arts, architecture, engineering, urban planning, history, interior design, industrial design, geography, environmental studies, anthropology / sociology. an area where there are a lot of buildings. The city took on the challenge to raise the quality of the built environment. the need for harmony between the built environment and the natural world 2 Definition of designative in English adjective, Serving to indicate or specify something the designative meaning is very obvious 3 Majalah GATRA, 27 Maret 1999, memberitakan hasil penelitian desertasi Hermanislamet, dosen Teknik Arsitektur, UGM, 1999. Gambar – 1 Peta area kota Trowulan 2/16 Gambar – 2 Kolam Segaran Trowulan Luas kolam Pool area 375 m x 175 m Ketebalan dinding Wall thickness 1,6 m Kolam Segaran merupakan waduk penyimpanan air pada masa Majapahit. Sebenarnya, kolam ini memiliki banyak fungsi. Fungsi lainnya adalah untuk tempat menjamu tamu dan pendingin suhu udara. Nama Segaran diambil dari kata “Segara” yang berarti laut dalam bahasa Jawa karena ukurannya yang besar bagaikan laut. Kolam ini ditemukan oleh Henry Maclain Pont dan Kromodjojo Adinegoro pada tahun 1926 dan telah dipugar sebanyak 3 kali. Kolam ini terletak di seberang Museum Majapahit dan sekarang hanya digunakan untuk tempat rekreasi dan tempat upacara. Sumber google map & Kilas historis desain lingkungan-binaan di kota Trowulan pada akhir abad XIII atau awal abad XIV tersebut di atas, dapat disimak bahwa saat itu telah dikenali adanya pola perencanaan lingkungan terpadu “integrated planning”, yang mempertimbangkan secara proporsional antara aspek fisik dan natural. Penelitian diatas telah menunjukkan bahwa pola perencanaan tata-ruang perkotaan di Trowulan terpilah menjadi dua bagian, yaitu pola segi-empat “grid” untuk bagian Pusat Kota yang berbasis pada budaya Kerajaan Pemerintahan, Pengelola Wilayah dan secara luwes semakin kepinggiran kota berpola “sirkuler-organis”. Disamping penataan kotanya, maka tata bentuk arsitektur bangunan/gedung kerajaan dan kelengkapannya di pusat-kota didominasi bentuk geometrik, yang bercitra anggun, berwibawa dan semakin menjauhi pusat-kota didominasi tata bentuk arsitektur organik yang sangat “ramah” pada lingkungan natural. Komposisi komponen pusat-kotanya, sebagaimana kota yang memiliki budaya “monarkhikal”4, yaitu adanya kompleks Karaton, Alun-alun Ruang Terbuka Publik, Sarana Peribadatan dan Pasar. Kondisi lingkungan seperti ini tentu harus dipahami sesuai situasi pada abad XIV, karena luas area perkotaannya hanya sekitar 80 km2 saja. Perkara tersebut adalah inspirasi awal mengenai prinsip dasar desain lingkungan-binaan dan model aktual aplikasinya pada 6 enam abad yang lalu, saat teknologi masih sederhana, jumlah penduduk masih relatif sedikit, dan kondisi masih didominasi faktor alami/natural. 4 Full Definition of monarchical of, relating to, suggestive of, or characteristic of a monarch or monarchy; monarchical authority; a monarchical government A monarchy is a country that is ruled by a monarch, and monarchy is this system or form of government.; A monarch, such as a king or queen, rules a kingdom or empire. In aconstitutional monarchy, the monarch's power is limited by a constitution. But in an absolute monarchy, the monarch has unlimited power. Monarchy is an old form of government, and the word has been around a long time. It derives from Greek monarkhiā, frommonarkhos "monarch." 3/16 PRINSIP DASAR DESAIN LINGKUNGAN-BINAAN Sesungguhnya desain lingkungan-binaan itu merupakan tahap kedua setelah dilakukan tahap perencanaan “planning” yang memuat serangkaian perkara, yaitu maksud, tujuan serta sasaran; identifikasi ragam potensi dan sumber-daya yang ada; kesesuaian teknologi, material dan pola manajemen pelaksanaan maupun pemeliharaannya. Tahap perencanaan tersebut adalah seperti yang dinyatakan oleh dalam bukunya Site Planning bahwa, “Site Planning is the art of arranging structures on the land and shaping the spaces between, an art linked to architecture, engineering, landscape architecture, and city planning. Its aim is moral and esthetic; to make places which enhance everyday life – which liberate their inhabitans and give them a sense of the world they live in”. Sementara Prof. Tom dalam buku yang di editnya “The Built Environment, A Collaborative inquiry into Design and Planning”, secara sistematik mendefinisikan, bahwa “…the built environment define by four interrelated characteristics, First, it is everything humanly created, modified, or constructed, humanly made, arranged, or maintained. Second, it is creation of human minds and the result of human purposes; it is intended to serve human needs, wants, and values. Third, much of it is created to help us deal with, and to protect us from, the overall environment, to mediate or change this environment for our comfort and well being. Last, that every component of the built environment is define and shaped by context; each and all of the individual elements contribute neither positively or negatively to the overall quality of environments and to human-environment relationships.” Apabila disimak dengan cermat dan mendalam atas kedua rumusan yang menjadikan dasar bagi desain lingkungan-binaan, dapat diunduh intisarinya bahwa keseimbangan antara tiga aspek lingkungan ini yaitu alam-natural, kehidupan budaya kultur manusia, dan kreasi buatan manusia, layak dan harus di jadikan tujuan utamanya. Problematiknya adalah bagaimana prinsip keseimbangan tersebut dapat direalisasikan, di kepulauan Nusantara ini, yang ditandai dengan iklim tropis, bermusim penghujan dan kemarau, serta beragam budaya lokal sebagai potensi dasarnya. Dengan demikian, contoh pola penataan lingkungan-binaan di wilayah kota Trowulan diatas, telah mengekspresikan profesionalitas desain khas alam tropis, saat pengaruh eksternal belum terlalu mempengaruhi pola pikir dan tindak berkebudayaan. Fakta perencanaan dan desain yang berdisiplin menerapkan prinsip keseimbangan ketiga aspek tersebut diatas, dan sampai saat ini masih dijalin dalam pemeliharan lingkungan alam dan kultur kehidupannya antara lain adalah area Kampung Naga7 di Tasikmalaya, Jawa Barat; dan area desa adat Penglipuran8, Bangli, Bali. 5 Kevin Lynch & Gary Hack, Site Planning, 3rd The MIT Press, Cambridge, Massachusetts & London, England. 6 Wendy and Tom The Built Environment, A Collaborative inquiry into Design and Planning, 2007, John Willey & Sons, Hoboken, New Jersey. 7 Mengunjungi dan Mempelajari Budaya Kampung Naga. Kampung Naga ini terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kab. Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Yang unik letak kampung ini yang berada di lembah. Tidak hanya itu Kampung Naga ini ternyata masih mempertahankan kearifan lokal dan budaya yang mereka jaga sejak dahulu. Uniknya adalah tata letak rumah dan arsitektur yang khas, sesaat sebelum masuk kampung kita harus melapor terlebih dahulu dan di sini tidak ada plang Desa Wisata. Warga kampung Naga sendiri menyebut sejarah kampungnya dengan istilah "Pareum Obor". Pareum jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, yaitu mati, gelap. Dan obor itu sendiri berarti penerangan, cahaya, lampu. Jika diterjemahkan secara singkat yaitu, matinya penerangan. Hal ini berkaitan dengan sejarah Kampung Naga itu sendiri. Mereka tidak mengetahui asal-usul kampungnya. 8 Desa Penglipuran, Desa adat bali yang sangat kental dengan kerukunan dan kebersamaan mereka. Desa ini berlokasi di kelurahan kubu, kecamatan bangli, kabupaten bangli- Bali. Desa ini telah dianugrahi penghargaan kalpataru oleh pemerintah kabupaten bangli pada tahun 1995. Menurut masyarakat sekitar, kata penglipuran diambil dari kata Pengeling Pura yang memiliki makna tempat suci yang ditujukan untuk mengenang para leluhur. Membahas tentang leluhur, ternyata masyarakat yang tinggal di desa ini sangat menjun-jung tinggi amanat dari para leluhur mereka. Terbukti dari terbentuknya desa penglipuran yang sangat mengutamakan kerukunan ini. Ciri khas yang sangat menonjol dari desa ini adalah arsitektur bangunan tradisional di desa ini rata-rata memiliki arsitektur yang sama persis dari ujung desa ke ujung lainnya. 4/16 , Salawu, Tasikmalaya, JaKampung Naga ini terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Yang unik letak kampung ini yang berada di lembah. Kampung Naga ini ternyata masih mempertahankan kearifan lokal dan budaya yang mereka jaga sejak dahulu. Kampung Naga merupakan sebuah kampung adat yang masih lestari, di sini masyarakatnya masih memegang adat tradisi nenek moyang mereka. Mereka menolak intervensi dari pihak luar jika hal itu mencampuri dan merusak kelestarian kampung tersebut. Nenek moyang Kampung Naga yang paling berpengaruh dan berperan bagi masyarakat Kampung Naga "Sa Naga" yaitu Eyang Singaparana atau Sembah Dalem Singaparana yang disebut lagi dengan Eyang Galunggung, dimakamkan di sebelah Barat Kampung Naga. Makam ini dianggap oleh masyarakat Kampung Naga sebagai makam keramat yang selalu diziarahi pada saat diadakan upacara adat bagi semua keturunannya. - Bangunan-bangunan yang ada di Kampung Naga berbentuk segitiga semuanya beratap ijuk, dan menghadap ke arah kiblat, terdapat kurang lebih 113 bangunan dalam area 1,5 ha yang terdiri dari 110 rumah warga dan 1 tempat ibadah, selain itu juga terdapat balai pertemuan dan lumbung padi Leuit dan Bumi Ageung yang kesemua bahan bangunannya menggunakan bilik-bilik, kayu-kayu, dan lain-lain. Tidak menggunakan semen atau pasir. Semua bentuk, ukuran, alat dan bahan bangunan semuanya sama hal ini menunjukkan adanya keseimbangan dan keselarasan yang ada di daerah tersebut. Bentuk rumah masyarakat Kampung Naga harus panggung, bahan rumah dari bambu dan kayu. Atap rumah harus dari daun nipah, ijuk, atau alang-alang, lantai rumah harus terbuat dari bambu atau papan kayu. Rumah harus menghadap ke utara atau ke sebelah selatan dengan memanjang kearah barat-timur. Dinding rumah dari bilik atau anyaman bambu dengan anyaman sasag. Rumah tidak boleh dicat, kecuali dikapur atau dimeni. Bahan rumah tidak boleh menggunakan tembok, walaupun mampu membuat rumah tembok atau gedung gedong. Sumber Dari contoh fakta pertama ini dapat disimak, bahwa inilah sesungguhnya penerapan prinsip dasar Desain Lingkungan-binaan yang patuh/disiplin dalam mengamalkan keseimbangan antara potensi alami/natural tanah, air dan vegetasi, potensi manusia dan aktivitasnya dalam bingkai pola berkebudayaan, serta potensi kreasi buatan manusia rumah dan infrastrukturnya. Eksistensi teknologi yang saat ini semakin berkembang, telah tidak menggoyahkan kultur kehidupannya dalam menata dan mendesain lingkungan-binaannya. Kampung Naga, menjadi sebuah artefak fisik dan sosial-budaya yang “fenomenal” sepanjang waktu, yang akan selalu mengingatkan kepada semua manusia penghuni jagad-raya ini, atas perlunya keseimbangan tiga perkara aspek desain lingkungan-binaan. Kelestarian lingkungan-binaan tersebut membutuhkan keteguhan sikap manusianya atas kemajuan cara berpikir dan bertindak, yang tidak cepat tergiur dengan tawaran kenikmatan ragawi. Upaya memelihara lingkungan-binaannya ternyata dikendalikan oleh pola pikir, bahwa manusia merupakan bagian kecil yang harus cerdas berkesinambungan dengan alam sekitarnya. 5/16 Gambar – 4 Desa Adat Penglipuran, Bangli, Bali. Desa adat Penglipuran terletak di Kelurahan Kubu di Kecamatan Bangli, Kabupaten Dati II Bangli. Luas desa adat Penglipuran +/- 112 ha. Desa Adat Penglipuran terletak di kaki Gunung Batur pada ketinggian 700 meter dpl. Desa Adat Penglipuran terletak +/- 5 Km dari pusat kota Bangli, dan 45 Km dari pusat kota Denpasar. Pengembangan fisik desa dan pengembangan budayanya masih mengacu pada tanah leluhur yang masih ada di Bayung. Tata ruang desa berkonsep trimandala, dibagi ke dalam tiga ruang yang berbeda secara fungsi dan tingkat kesucian, yaitu utama, madya dan nista. Letak ketiga ruang ini membujur dari utara gunung ke selatan laut. Paling utara zona utama, berdiri bangunan suci pura bernama Penataran tempat beribadah penduduk desa. Zona madya atau “ruang manusia” terdapat 76 kaveling pekarangan dan rumah tempat bermukim warga terbagi ke dalam dua jajaran, yaitu barat 38 dan timur 38. Setiap kaveling memiliki ukuran 800-900 meter persegi memanjang dari barat ke timur. Bagian paling selatan adalah nista mandala berupa tempat pemakaman penduduk desa. Setiap pekarangan mempunyai beberapa bangunan berupa ruang tidur, ruang tamu, dapur, balai-balai, lumbung dan tempat sembayang dalam rumah. Bangunan tradisional dengan material tiang dari kayu dan atap yang khas berupa sirap bambu. Sekitar 40% dari luas wilayahnya merupakan hutan bambu. Dari sisi ekologis, hutan bambu berfungsi vital untuk menahan erosi mengingat kondisi lahan desa yang miring. Sumber 6/16 Gambar – 5 Bendung Riam Kanan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Danau Riam Kanan adalah waduk buatan yang dirancang-bangun sejak 1962. Membendung aliran 8 sungai yang bermata air dari Pegunungan Meratus. Diresmikan oleh Presiden Suharto pada tahun 1973. Dibuat dengan menenggelamkan sekitar 9 desa di areal seluas 9730 hektar. Sumber Fakta kedua dari contoh yang telah dianggap berhasil mendayagunakan dan memelihara penataannya dengan prinsip dasar desain lingkungan-binaan. Serupa dengan fakta pertama, ada perkara yang harus dipegang teguh, yaitu sikap budaya masyarakatnya yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kultural, tidak mudah tergiur dengan produk kemajuan teknologi. Pemanfaatan potensi sumber daya alam diperlakukan dengan sangat arif bijaksana, sesuai dengan kebutuhan dasar kehidupan masyarakatnya. Perbedaan antara kedua contoh faktual tersebut adalah, secara fisik, desain lingkungan-binaan fakta pertama ditata dengan kombinasi pola organik dan geometrik; sedangkan fakta kedua diatur dengan kejelasan pola geometrik yang disesuaikan dengan potensi geografis alamnya. Fenomena faktual tersebut, tentu masih banyak tersebar di kepulauan Nusantara ini, yang sejak sekitar abad XV tetap lestari sampai saat ini di awal abad XXI dalam memelihara keseimbangan ketiga aspek sebagai prinsip dasar desain lingkungan-binaan. Ciri yang sangat mendasar dari kelestarian ini adalah bahwa masyarakat yang menempatinya “diikat” dalam pola budaya yang “homogen”, bila ditinjau dari faktor etnisitas, pandangan-hidup, spiritualitas atau agamanya. Oleh karena itu, setelah dipandu mengenai eksistensi “tradisi-lokal” dalam lingkup “modernitas-global”, seringkali dan hampir di setiap pedesaan tradisional, telah dikembangkan menjadi laboratorium sosial-budaya dan laboratorium tata-ruang morfologis, atau lebih dikenal sebagai “desa-wisata”. Tentu saja, pemerintah juga memberikan bantuan dari berbagai sektor kebutuhan demi kesejahteraan kehidupan masyarakatnya. Kondisi lingkungan-binaan tersebut diatas,sangat pantas dijadikan acuan dalam penataan ruang perkotaan untuk situasi masyarakat yang ditandai dengan keragaman atau “heterogenitas” latar belakang kehidupan warganya. Perkara yang harus dicermati adalah, model pendekatan pola kehidupan sosial-budaya, melalui strategi desain9 “keserupaan benang-merah” yang dapat diterima semua pihak “stakeholders”. DESAIN LINGKUNGAN-BINAAN PADA ABAD XX-AN Di kepulauan Nusantara diartikan sebagai “nusa-antara”, pada sekitar abad XIII-XV yang lebih dikenal dengan nama Indonesia sebagai suatu negara kesatuan yang berdaulat sejak tahun 1945, ditandai dengan 3 tiga model disain lingkungan-binaan. Ketiga model penataan itu diawali dengan yang disebut sebagai 1 pedesaan tradisional dengan basis agrokultur, 2 lingkungan-binaan dengan basis pusat kerajaan, dan 3 perkotaan “benteng” dengan basis penjajahan/koloni Hindia-Belanda sejak abad XVII. Perkembangan fisik masing-masing model selanjutnya tidak setara, karena sangat tergantung geo-politik yang terjadi pada saat itu. Pedesaan tradisional perkembangannya memang tidak sepesat lingkungan perkotaan, karena didominasi oleh adanya pengaruh “irama” alam dan karakteristik normatif kultural yang tidak serta merta mudah menerima perkembangan cara berpikir dan bertindak teknologi. Fakta perkembangan yang dapat dikenali adalah adanya pembangunan struktur jaringan irigasi, termasuk didalamnya pembangunan 9 Barbara Faga, FASLA, Designing Public Consensus, 2006., John Wiley & Sons, Inc. – The role of the professional planners, architects, landscape architects, urban designers, and angineers engaged in a serious process of public participations does not begin with a meeting, not end with responses to the public demands. It begins professionals getting to know people in the community prior to any of the meetings. It is advanced by a few early successes that demonstrate professional wisdom. Prior to devisingrecommendations, it will require presentation of an overarching strategy, and then working to ensure that strategy is accepted by all concerned. 7/16 Gambar – 6 Pedesaan di sekitar Bendung Riam Kanan. Kesejahteraan pedesaan ini memanfaatkan dampak geografis atas pembangunan bendung untuk jaringan irigasi dan pembangkit tenaga listrik Sumber Google map beberapa waduk/bendungan yang secara fisik, menjadi titik perubahan desain lingkungan sekitarnya. Pada umumnya lingkungan pedesaan yang dijadikan pengembangan pusat jaringan irigasi berupa bendung, akan diikuti dengan peningkatan jaringan tenaga listrik atau penerangan buatan, pola pertanian air perikanan, dsb, dan pegembangan kegiatan kepariwisataan jasa maupun barang. Demikian pengembangan bagi lingkungan pedesaan secara tipologis. Pembangunan prasarana dan sarana fisik dan spasial ini dimulai sekitar tahun1960, pada awal masa Pemerintahan Republik Indonesia, dengan arahan kendali oleh Presiden pertama “founding fathers”, & wakilnya, Dampak dari pembangunan ini terfokus pada penataan kembali lokasi baru bagi pedesaan yang terkena proyek. Pola penataan lingkungan-binaan baru ini, biasanya dengan dilandasi kebijakan publik berupa pendayagunaan lahan yang tidak/kurang produktif atau sebagai daya upaya pengembangan pola transmigrasi. Pola desain lingkungan-binaan baru yang tipologis dengan program transmigrasi ini, sudah tentu dilandasi dengan prinsip desain “keefektifan & efisiensi” sebagai metoda dan proses yang didominasi pada kelayakan dan terpenuhinya kebutuhan dasar “basic-needs”10 untuk kehidupan keluarga pada saat itu. Secara planimetris, pola desain yang dapat disimak adalah “geometris”. Apabila dikaji mendetail, polanya agak serupa desainnya dengan model desa adat wisata Penglipuran. Namun bedanya kandungan spirit kultural yang mengikat kebersamaan warganya beragam. Lingkungan-binaan yang berbasis pusat kerajaan atau “monarkhikal”11 tidak banyak ditemukan di Indonesia. Satu-satunya daerah setingkat provinsi, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta12, dengan kota Yogyakarta sebagai pusat pemerintahannya yang dikepalai oleh Sri Sultan Hamengku Bawono Raja/Sultan di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. 10 & ed., Target Setting for Basic Needs, International Labour Organisation, Geneva office, 1982. 11 A monarchy is a country that is ruled by a monarch, and monarchy is this system or form of government.; A monarch, such as a king or queen, rules a kingdom or empire. In aconstitutional monarchy, the monarch's power is limited by a constitution. But in an absolute monarchy, the monarch has unlimited power. Monarchy is an old form of government, and the word has been around a long time. It derives from Greek monarkhiā, frommonarkhos "monarch." 12 Undang-undang RI tahun 2012, tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. 8/16 Selain Daerah Istimewa Yogyakarta, di wilayah negara Republik Indonesia ini terdapat pula lingkungan-binaan yang berpola pada pusat “monarkhikal” juga yaitu Kasultanan Kasepuhan di kota Cirebon, yang terbatas pada kawasan internal di lingkup Kasultanan saja, tidak memiliki kewenangan pada wilayah perkotaannya. Mengenai perkara lingkungan-binaan dibawah kultur “monarkhikal” ini, sudah tentu sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai kultural yang terkandung didalam kehidupan kemasyarakatannya. Secara khusus dapat diformulasikan pada kesempatan lain atau pada riset yang masih sedang kami lakukan. Lingkungan-binaan yang dikenal dengan sebutan perkotaan yang berbasis pada pola “benteng” adalah model desain kota yang dikembangkan oleh pendatang yaitu pemerintahan Hindia-Belanda. Model desain lingkungan-binaan yang “eksklusif” ini, pada saat setelah seluruh wilayah kesatuan diproklamasikan pada tahun 1945, berada pada kewenangan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, pada kota-kota di Indonesia di awal pemerintahannya dihadapkan secara garis besar pada dua pola desain, yaitu pola tata-kota yang dibuat pada jaman kolonialisasi, dan pola tradisional yang berbasis pada “monarkhikal”. Kedua pola besar desain perkotaan tersebut memiliki keserupaan dan juga perbedaan. Keserupaan yang tampak adalah pada struktur penataan jaringan sirkulasinya, yaitu geometrik pada area dataran dan penataan struktur organik pada area perbukitan, atau kombinasi keduanya ketika lingkungan-binaan itu berada pada rupa lahan dengan kemiringan topografis berganti. Sementara itu didapati 3 tiga perbedaan yang menyolok “signifikan”, yaitu 1 Pola desain struktur lingkungan-binaan “monarkhikal” atau tradisi lokal selalu didapati Ruang Terbuka Publik yang berupa Alun-alun, dengan 4 empat elemen primer perkotaan, seperti Kompleks Keraton, Kompleks Perkantoran Pegawai kota, Gedung Peribadatan, dan Pasar. Pada desain lingkungan-binaan ex Hindia-Belanda tidak didapati struktur tatanan seperti itu, kalaupun ada ruang terbuka, maka hanya berfungsi sebagai taman atau lapangan olahraga dan tidak dilengkapi elemen primer tersebut. 2 Pola desain jaringan sirkulasi lingkungan tradisional, lebar jalan dibuat secukupnya dan tidak terlalu lebar, dengan perpetakan lahan yang tidak terlalu besar, kecuali fasilitas publik disekitar Alun-alun. Pola vegetasi lebih diutamakan pada halaman disetiap petak lahan privat masing-masing; sementara vegetasi di ruang publik seringkali diberi predikat simbolik di seputaran Alun-alun. Pada lingkungan Hindia-Belanda pada umumnya jaringan sirkulasi dibuat lebar-lebar, bahkan didapati ruang jalan yang disebut sebagai “boulevard”, yang dilengkapi dengan pola elemen vegetasi sebagai fungsi peneduh di hampir semua tepian ruang jalan. Pola perpetakan lahannya juga luas +/- 1000 m2, sedangkan elemen bangunan/gedungnya berdiri tunggal yang biasanya dilengkapi bangunan samping, yang seringkali disebut “pavilion” atau malah berdempetan satu sama lain pada fungsi pertokoan. 3 Perkembangan kedua pola besar struktur tata-ruang tersebut ditandai dengan “stagnasi” pada lingkungan-binaan ex Hindia-Belanda dan perkembangan yang lambat pada pola lingkungan-binaan tradisional. Semua itu pada umumnya disebabkan oleh perkembangan aspek perekonomian negara dan masyarakat yang masih difokuskan pada pemenuhan akan sandang dan pangan, sedangkan perkara papan perumahan dan permukiman sebagai “physical propperty” baru dirintis sekitar tahun 1970an. Kondisi keserupaan dan perbedaan tersebut yang memunculkan ragam fenomena perkembangan aktivitas disekitarnya, yang secara langsung diakibatkan adanya aglomerasi antara golongan ekonomi kuat atau golongan pengambil keputusan terhadap golongan ekonomi lemah13. Kedua golongan pertama tersebut, pada umumnya memanfaatkan bangunan/gedung es Gedung-gedung Hindia-Belanda dengan rupa arsitektur kolonial “The Empire Style, de Stijl, es Nouveau, dsb”, sementara golongan ketiga bertempat-tinggal di perkampungan kota, dengan rupa arsitektur seadanya. Fenomena ini berlangsung secara gradual yang secara perlahan mempengaruhi pola pemanfaatan lahan dan desain lingkungan perkotaan, dan memunculkan adanya pemanfaatan lahan publik untuk kegiatan secara “informal” yang dikenal sebagai para 13 McGee, The Urbanization Process in the Third World., Bell & Hyman Ltd, 1971., Revolutionary Change and the Third World City, A Theory of Urban Involution. 9/16 Gambar – 7 Pola desain lingkungan permukiman dan tipikal rupa koridor di Perumnas Denpasar, Bali Struktur Ruang Lingkungan-binaan yang berbasis pada “efisiensi & keefektifan”pemanfaatan lahan. Sumber Google Map & Google Street View 2015 Gambar – 8 Model desain lingkungan-binaan di awal abad XX. Kiri Kota Manado Kanan Gedung & Bunderan Taman Balai Kota Malang. Sumber google map. pedagang “kaki-lima” PKL. Kawasan Pusat Kota khususnya ditandai dengan “percampuran” tidak terarah “chaos” antara desain lingkungan yang ditata baik dan yang sembarangan. Sampai dengan sekitar tahun 1996/1997 situasi pembangunan perkotaan ditandai dengan kebijakan mengenai pemenuhan kebutuhan akan perumahan dan permukiman yang dikoordinasi oleh Perumnas14, sebuah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang pengadaan tanah permukiman dan pembangunan prasarana/sarana perumahan. Dampaknya adalah perkembangan bentuk perkotaan melebar ke arah pinggiran “fringe area”, dengan model desain lingkungan-binaan yang berlandaskan “efisiensi & keefektifan” pemanfaatan lahan. 14 Perusahan didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1974, diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1988, dan disempurnakan melalui Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2004 tanggal 10 Mei 2004. Sejak didirikan tahun 1974, Perumnas selalu tampil dan berperan sebagai pioneer dalam penyediaan perumahan dan permukiman bagai masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Pada periode 1974-1982, Perumnas memulai misinya dalam membangun perumahan rakyat menengah kebawah beserta sarana dan prasarananya. Ribuan rumah di bangun di daerah Depok, Jakarta, Bekasi dan meluas hingga Cirebon, Semarang, Surabaya, Medan, Padang dan Makassar. Pada 1983-1991, Perumnas selain membangun rumah sederhana juga mulai merintis pembangunan rumah susun sederhana dengan tujuan mendukung program peremajaan perkotaan. Pada 1992-1998, Perumnas membangun hampir 50% dari total pembangunan rumah nasional. Melonjaknya produksi perumahan ini didorong oleh program pemerintah untuk membangun rumah sederhana RS dan rumah sangat sederhana RSS 10/16 Gambar – 9 Dua model desain lingkungan-binaan yang di rancang bangun oleh pemerintah Hindia-Belanda awal abad XX atau sekitar tahun 1918-1920 an Pola geometrik proporsional terhadap semua elemen lingkungan perkotaan, yang memberi dampak positif pada ranah pengalaman estetika perkotaan dan kejelasan prinsio arsitektur-kotanya. Gambar atas Taman Bunder Kota Malang; Gambar bawah Taman Diponegoro Kota Semarang. Sumber Google map / Google street view 2015 Beberapa contoh/model desain lingkungan-binaan pada kota kolonial dan kota tradisional di abad XX-an, dimana pola geometrik proporsional terhadap lingkungan sekitarnya, serta berskala “humanitas” terhadap para pejalan kaki, terlepas dari keterbatasan kemajuan teknologi saat itu. 11/16 DESAIN LINGKUNGAN-BINAAN PADA AKHIR ABAD XX DAN AWAL ABAD XXI Bagi Indonesia peralihan abad XX ke XXI ini tampaknya mendapat beberapa peristiwa yang harus dicermati secara komprehensif setelah menjalani proses bernegara dan berbangsa selama kurang lebih 70 tahun. Berbagai aspek kehidupan berbangsa mengalami cobaan yang layak dikaji ulang agar proses membangun kesatuan dan persatuan semakin membaik. Oleh karena aspek politik dan ekonomi terganggu, maka aspek fisik menerima konsekuensi logisnya. Pembangunan bidang fisik-spasial arsitektur-kota pun terpengaruh karena proses perencanaan dan desain lingkungan-binaan sangat dipengaruhi oleh baik-buruknya kebijakan dan konsensus publik yang ditetapkan oleh pemerintah yang berwenang. Namun sejak tahun 2000 telah ditetapkan beberapa produk hukum terkait dengan desain lingkungan-binaan, yaitu diantaranya adalah 1. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan. 2. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan. 3. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG 4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. 5. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN. 6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 34 Tahun 2006 tentang JALAN. 7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung. 8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. 9. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG. 10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi. 11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 01 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. 13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. 14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2010 tentang Pedoman Pemanfaatan dan Penggunaan bagian bagian JALAN. 15. Dan lain sebagainya, yang secara substansial terkait dengan eksistensi lingkungan-binaan Produk kebijakan Pemerintah yang utama dalam kaitannya dengan desain lingkungan-binaan adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan15; yang didalamnya telah ditetapkan secara detail dan terperinci segala aspek, faktor, komponen dan elemen yang harus dipotensialkan, dalam upaya mendesain lingkungan-binaan. Selain perkara sejumlah landasan legalitas tersebut diatas, proses desain lingkungan-binaan saat in, secara “universal” ada yang harus dipertimbangkan secara serius sebagai aspek sekaligus fakta utama dalam era abad XXI ini, “mumpung” masih berada di awal abad ini, yaitu perkara keberlangsungan ekosistem atau “sustainability”16. Terkait dengan prinsip 15 Pemahaman Pedoman RTBL Rencana Tata Bangunan & Lingk 16 Meaning of “sustainability” in the English Dictionary ENVIRONMENT, NATURAL RESOURCES - the idea that goods and services should be produced in ways that do not use resources that cannot be replaced and that do not damage the environment the ability to continue at a particular level for a period of time. - Michiel Schwarz & Joost Elffers.,In the 20th century, our world was designed around modernist ideas and values. This could be seen in our architecture, product design, business models, urban planning, and much more. With modernism came a fascination with technology, modes of industrial production, a focus on material goods, underpinned by a particular idea of progress. But this century heralds a cultural shift. Sustainism, in our view, represents a new mind-set that, like modernism before it, will turn out to define how we see our world, what we value, and how we shape our living environment. It will become the new operating context for all of us. 12/16 “keberlanjutan ekosistem” ini, tokoh “sustainism” Schwarz menyampaikan begini “…Designers and architects have been among the first to see the fundamental shifts we associate with sustainism — for example, how perceptions of place have changed. The internet in particular has given a new meaning to the local almost every place in the world is globally connected, 24/7. We live in local worlds, but we are also global citizens….” Tentu bila disimak, ketetapan substansial yang tersurat maupun tersirat pada serangkaian peraturan-perundangan di negeri ini sudah secara sengaja memasukkan perkara keberlanjutan ekosistem itu, akan tetapi seringkali pada aplikasi di lapangan tidak diterapkan atau pengawasan kurang ditegakkan. Apabila seluruh warga negara negeri ini patuh terhadap ketentuan tersebut, sebagai bagian kecil dari warga dunia tentu dapat secara pro-aktif menjaga kelestarian alam semesta. Jadi benar sungguh, apa yang disampaikan Schwarz menjadi teguran keras bagi para desainer, arsitek dan perencana-perkotaan, agar mengecek kembali dokumen perencanaan maupun desainnya dapat menjamin keberlangsungan ekosistem. Perkara “sustainability” ini memang menjadi dilematis dalam proses desain lingkungan, oleh karena pada saat ini semua warga dunia telah di “manja”kan oleh perkembangan teknologi apapun, yang akan berdampak pada “keterpaksaan” menggunakan atau menyediakannya semata untuk memenuhi aktivitas yang disyaratkan sebagai “profesionalitas”. Beberapa contoh terkait dengan desain lingkungan-binaan adalah 1. Perencanaan jalan di perkotaan saat ini hampir selalu menyertakan ruang pejalan kaki yang disebut sebagai “trotoir”, yang posisinya selalu lebih tinggi sekitar 20 cm dari muka jalan, kemudian di bawah “trotoir” itu dibuat saluran air hujan. Problematiknya adalah 1 Perilaku masyarakat untuk terbiasa membersihkan saluran tidak punya, karena sudah biasa dilayani. 2 Kalaupun ada yang bertugas, maka pelaksanaan tugasnya tidak rutin dilakukan. 3 Kalau disimak dari arahan teknis membuat muka jalan harus “melengkung” sekitar 1% kearah tepian jalan; akan tetapi sekarang perkara teknis ini tidak ada yang memperhatikan, bahkan materialnyapun dari beton bertulangkah?, yang sifat materialnya sulit dilengkungkan. 4 Sifat beton memang tidak menyerap air, dan tidak lekang kena panas matahari,akan tetapi bila terjadi retak rambut, maka sifat kekuatan beton “runtuh”; disamping memiliki tingkat radiasi panas lebih tinggi daripada aspal. Pertanyaan yang relevan bagi keberlangsungan ekosistem adalah, kapan lagi tepian jalan ada “bahu-jalan” yang berupa tanah berumput, seperti saat awal abad XX dulu? 2. Bila ada ketentuan angka Koefisien Dasar Hijau = 30%, maka problematiknya rupa muka lahan seperti apa sebesar 30% tersebut, apakah murni muka tanah yang hanya ditutupi rumput ataukah mulai diberi material lain yang relatif tidak menyerap adalah, mengapa penghuni rumah menjadi “takut” melihat tanah berumput? Kedua contoh perkara desain ini dapat dilakukan dengan “niat” yang tinggi untuk memelihara keberlangsungan proses alami, sebagaimana contoh di awal tulisan ini. Perkara yang dilematis tentu dapat dijawab dengan cermat, karena ternyata yang berkehidupan sungguh akarab dengan alam, justru menjadi obyek wisata, artinya hanya sebagai “tontonan” belaka. Bagaimana ini ? Dalam menjelajahi kata kota perlu memahami beberapa kata kunci yaitu; Pertama, adalah gagasan tentang Kota. Dalam bahasa Indonesia, kata Kota bermula sebagai benteng. Daerah atau kawasan yang dilindungi dan dipertahankan, tempat kedudukan orang penting dan berkuasa, pusat pemerintahan atau kerajaan. Dari pengertian yang khusus itu kemudian berkembang dan mencakup pengertian Kota yang modern, yakni tempat kehidupan orang banyak kepadatan tinggi, di lingkungan yang terbatas dengan berbagai keahlian khusus heterogen yang bekerja sama didalam suatu hubungan organisasi tertentu. Seperti halnya dengan definisi kebudayaan, maka untuk kota pun banyak dijumpai definisinya. Para ahli belum sepakat, selain daripada kenyataan bahwa Kota itu berkitn dengan masalah pengaturan penggunaan lahan. Akhirnya Rapoport 197932-3417 berkesimpulan bahwa 17 RAPOPORT, Amos – 1979. “On the Cultural Origins of Settlements”, dalam Introduction to Urban Planning, New York McGrawHill, 13/16 gagasan tentang kota tergantung pada pola budaya yang dianut atau dimiliki. Kesimpulan Rapoport ini penting karena hal itu menunjukkan bahwa pengertian kota, ternyata dapat disamaratakan begitu saja, apalagi kalau dikenakan pada masa awal peradaban manusia. Kini, oleh kemajuan teknologi-komunikasi yang memungkinkan pengumpulan data pembanding yang cukup banyak, telah dicapai keseragaman beberapa pengertian; misalnya pemahaman tentang gejala “urbanism”. Ada kota yang lahir oleh keinginan untuk menciptakan suatu keteraturan baru yang hanya diujudkan melalui bentuk kekuasaan. Dan kekuasaan ini dapat tercipta hanya kalau ada “surplus” “economy of plenty”, yang dimungkinkan hanya kalau ada spesialisasi, atau pembagian kerja. Pandangan seperti ini merupakan saripati teori lahirnya sebuah kota yang klasik, mengutamakan kegiatan pertanian sebagai sumbernya. Itulah sebabnya, kota-kota lahir di daerah yang subur. Kedua, adalah tentang Pusat Kota. Sejarah lahirnya kota-kota sebagai bagian dari peradaban manusia, menunjukkan akan adanya hubungan antara gagasan “pusat” dengan kehidupan religius symbolism of “center” lihat Eliade, 196927-5118. Tampaknya, gagasan ini tidak dapat dipertahankan tanpa penyertakan juga unsur-unsur alam geografi dan/atau ekologi dan juga interaksi antara manusia dengan lingkungannya sendiri. Kondisi lingkungan dan jumlah penduduk akan turut menentukan bentuk perwujudan akhir sebuah kota; mengapa candi-candi di Jawa Timur lebih langsing daripada candi di Jawa Tengah merupakan contoh akan adanya pengaruh hubungan itu OngHokHam, 1983169-18019. Pusat kota sama dengan pusat kekuasaan istana, masjid, atau kuil, tempat kedudukan orang-orang penting dan penyimpanan bahan-bahan baku yang utama pusa kota di mesopotamia selalu mempunyai tandon air yang sangat besar. Dari titik itu memancar garis-garis pengaruh yang pada hakikatnya berkehendak untuk mengatur dan mengelola demi kepentingan dan keselamatan bersama. Dari situ pula muncul kata wasiat dalam peradaban manusia administrasi! Itu pula yang mengisyaratkan penguasaan tulis-menulis untuk lahirnya sebuah kota. Dalam pustaka perancangan kota urban design yang modern, pengertian pusat kota ini telah semakin semarak dan kompleks, serbaneka. Faktor yang dikandungnya semakin beragam, kadang-kadang yang satu lebih dominan dari yang lainnya. Kadang menjadi sangat khusus Central Business District/CBD atau civic center/pusat pemerintahan, sehingga perwujudan desain kotanya-pun khusus. Ketiga adalah Alun-alun, lahan terbuka tempat berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pemerintahan dan kemasyarakatan mengambil tempat; itulah pusat kota! Menurut Haryoto Kunto 1986385ff20 yang mengutip pembicaraannya dengan Van Romondt, kata alun-alun berasal dari ombak atau gelombang laut yang menggambarkan banyaknya manusia yang berkumpul di lahan terbuka itu. Alun-alun dapat juga dibandingkan dengan Agora di Yunani, atau Forum di Romawi, yakni ruang terbuka tempat warga kota berinteraksi, dari kegiatan ekonomi hingga dengan politik, atau juga terkait dengan ruang terbuka di tengah Bale Banjar kadang-kadang disertai Bale kulkul yang didirikan orang Bali. Ruang terbuka di tengah kawasan, seperti halnya dengan Alun-alun ini, merupakan “titik nol” untuk berorientasi, tempat awal perwujudan gagasan imago mundi, idealisasi alam raya di muka bumi. Manusia Renaisans mengabstraksikannya ke dalam diri “Aku” ego dan yang kemudian membebaskannya dari alam benda ontologis, seperti halnya juga tugu axial mundi yang menandai dibebaskannya suatu lahan dari pengaruh kekuasaan roh jahat dan menjadikannya lahan yang aman dan absah bagi kehidupan manusia. Dari sudut ini, kebiasaan untuk menanam pohon beringin ditengahnya adalah suatu tindakan penegasan suatu pengembangan rutialistik lebih lanjut. 18 ELIADE, Mircea – 1969. Image & Symbols, Studies in Religious Symbolism,New York Sheed and Ward. 19 OngHokHam – 1983. Proses Kesenian Indonesia dari Masa ke Masa, dalam Rakyat dan Negara, Jakarta Sinar Harapan, 20 KUNTO, Haryoto – 1989. Semerbak Bunga di Bandung Raya, Bandung Granesia 14/16 Gambar – 10 Dua model desain lingkungan-binaan perkotaan, kota berbasis tata-ruang ex Hindia-Belanda gambar atas, kota Surabaya; dan tata-ruang perkotaan berbasis “monarchical-values”, kota Yogyakarta. Perhatikan ekspresi tata massa Bangunan/Gedung yang “berkompetitif” dalam ekspresi “modernitas” morphologis pada model desain kota Surabaya. Perhatikan pula citra ekspresif dari kota yang berbasis “traditional-values” pada lingkungan perkotaan kota Yogyakarta. Sumber Google map 2015 Mengakhiri tulisan ini, mari disimak gambar-gambar desain lingkungan-binaan, bukan berati yang terbaik akan tetapi biarkan menginspirasi kritis mana dan apa yang benar atau yang keliru atas fakta lingkungan ini. 15/16 Gambar – 11 Pandanga ke Taman Diponegoro Semarang dari arah utara. Perhatikan desain trotoir dan eksistensi fungsi taman publik kota. Sumber google street view 2015 Gambar – 12 Panorama lokal kota Banjarmasin, kota Ambon dan kota Manado. Panorama tipikal desain Lingkungan-binaan di awal abad XXI, berbangunan tinggi, padat, “less of natural elements”. Sumber Gambar – 13 Model tipikal pemanfaatan lahan yang dikendalikan melalui ketentuan rasio lahan tertutup bangunan dan lahan terbuka. Contoh ini adalah Gedung Museum di kota Medan. Sumber 16/16 Gambar – 14 Dua model Panorama desain koridor dengan determinasi geografis sungai, dipandang ke arah Gedung Balaikota Surabaya atas. Panorama Taman Balaikota Surabaya. Dapatkah model desain ini menjadi contoh desain yang mendayagunakan basis “urban-sustainability”, sementara diberitakan Surabaya Raih Penghargaan ASEAN Environment Sustainable City / Mei 28, 2011 Sumber Google Street view 2015 dan SurabayaPost. Dari gambar-gambar fenomenal diatas terasa bahwa menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada desain lingkungan-binaan terhadap desain arsitektural, dapat di dekati melalui aspek spasial dan fungsional yang secara aktual eksis serta memiliki potensi baik untuk di kembangkan. Kedua aspek tersebut seolah bersaing satu sama lain, walaupun keduanya dalam kesatuan. Problematika akan muncul ketika keduanya tidak dapat didudukan secara proporsional, yang ditandai dengan kehilangan harmoni dinamika totalitas kegiatan pada area terkait. Kedudukan aspek spasial dan aspek fungsional, terhadap dinamika kegiatan lingkungan perkotaan dapat di simak dari matriks di samping ini ini. Terimakasih, Bandung 11 Februari 2016. / FX Budiwidodo Pangarso, dan rekan. ... 2 the built environment, namely the living environment formed, modified, managed, and determined by human conditions to meet their life needs. Pangarso, [8] said, the built-environment is a term for the condition of an area or area where there is already a group of people living by building a residence in the form of a building/building and its complementary infrastructure, even if it is simple. Based on some of the opinions above, it can be concluded that the built environment is formed because of the human need and ability to change the landscape to make it more effective and efficient in meeting the needs of their lives. ...Dua model desain lingkungan-binaan perkotaan, kota berbasis tata-ruang ex Hindia-Belanda gambar atas, kota Surabaya; dan tata-ruang perkotaan berbasis "monarchical-valuesKota YogyakartaDua model desain lingkungan-binaan perkotaan, kota berbasis tata-ruang ex Hindia-Belanda gambar atas, kota Surabaya; dan tata-ruang perkotaan berbasis "monarchical-values", kota yang "berkompetitif" dalam ekspresi "modernitas" morphologis pada model desain kota Surabaya. Perhatikan pula citra ekspresif dari kota yang berbasis "traditional-values" pada lingkungan perkotaan kota YogyakartaPerhatikan Ekspresi Tata Massa BangunanPerhatikan ekspresi tata massa Bangunan/Gedung yang "berkompetitif" dalam ekspresi "modernitas" morphologis pada model desain kota Surabaya. Perhatikan pula citra ekspresif dari kota yang berbasis "traditional-values" pada lingkungan perkotaan kota Yogyakarta. Sumber Google map 2015mari disimak gambar-gambar desain lingkungan-binaan, bukan berati yang terbaik akan tetapi biarkan menginspirasi kritis mana dan apa yang benar atau yang keliru atas fakta lingkungan iniMengakhiri Tulisan IniMengakhiri tulisan ini, mari disimak gambar-gambar desain lingkungan-binaan, bukan berati yang terbaik akan tetapi biarkan menginspirasi kritis mana dan apa yang benar atau yang keliru atas fakta lingkungan ini. 15/16less of natural elements". Sumber Gambar-13 Model tipikal pemanfaatan lahan yang dikendalikan melalui ketentuan rasio lahan tertutup bangunan dan lahan terbukaXxi Panorama Tipikal Desain Lingkungan-BinaanPanorama tipikal desain Lingkungan-binaan di awal abad XXI, berbangunan tinggi, padat, "less of natural elements". Sumber Gambar-13 Model tipikal pemanfaatan lahan yang dikendalikan melalui ketentuan rasio lahan tertutup bangunan dan lahan terbuka. Contoh ini adalah Gedung Museum di kota Medan. Sumber 16/16 . 441 33 490 237 168 96 465 127

salah satu ciri adanya proses pembentukan lingkungan hidup binaan adalah